 |
Jambore Komunitas DJP |
Tidak seperti hari libur biasanya, Sabtu (31/08) kompleks Pajak Kalibata begitu riuh. Bincang hangat dan jabat erat para pegawai DJP terdengar bak kepak kawanan tawon ketika sampai di padang penuh bunga aneka warna. Kian lama kepaknya kian keras. Bersemangat. Bergairah.
Pelukan mesra dari sahabat yang lama tidak berjumpa seperti bintang-bintang yang di langit malam. Tidak saya bisa lupakan pancaran yang terlihat dari sorot mata mereka. Pancaran mata orang-orang yang sedang diliputi bahagia. Dan satu tulisan seserhana ini tidak cukup untuk menggambarkan keseruan hari itu. Pun demikian dengan foto-foto yang menyertainya.
Jika pada hari-hari biasanya saya hanya melihat sisi koin yang bergambar burung garuda, berada di sana saya seperti melihat sisi lainnya. Sisi lain yang berbeda-beda gambarnya dan menjadi penyempurna sebuah koin.
Setelah sebelumnya saat Hari Pajak 14 Juli 2019 yang lalu Dirjen Pajak Robert Pakpahan telah meresmikan grand launching komunitas musik DJP yang bernama Taxic, hari ini menjadi babak baru sekaligus tonggak bersejarah dari perkembangan komunitas yang tumbuh di DJP. Niat baik ini tidak boleh hanya berhenti di sini. Masih ada ribuan langkah lagi yang akan ditempuh di masa depan. Komunitas lain yang ada di DJP harus pula diberi ruang yang sama. Diberi pupuk dan air yang sama banyaknya agar dapat tumbuh subur dan memberi manfaat,tidak hanya bagi para anggotanya tetapi juga pada organisasi.
Tidak ingin terjebak dalam angan-angan semata, akhirnya teman-teman Taxic memberanikan diri mengutarakan ide untuk mengumpulkan semua komunitas yang ada di DJP diutarakan kepada Sesdirjen Pajak, Peni Hirjanto pada tanggal 9 Agustus 2019 dan diterima dengan sangat baik. Ide jambore komunitas DJP langsung direspon positif oleh Kakanwil DJP Jakarta Khusus, Budi Susanto dengan bersedia menjadi tuan rumah. Apalagi Dirjen Pajak, Robert Pakpahan bersedia hadir dalam perhelatan besar itu.
Gayung bersambut, niatan baik dan dorongan dari pimpinan disambut hangat oleh teman-teman komunitas lainnya. Dengan kesungguhan dan sinergi yang menakjubkan akhirnya dengan persiapan kurang dari 1 bulan niatan tersebut dapat diwujudkan (salah satu manfaat Community of Interest adalah menguatnya sinergi).
Puluhan Komunitas Berpartisipasi
Keriuhan sebenarnya telah dimulai sejak Jumat pagi (30/08). DJP geger Seorang anggota komunitas Genjot Pajak, sahabat saya Slamet Riyanto, bahkan “nekat” menempuh jarak 158 km Bandung- Jakarta dengan sepeda kesayangannya demi acara ini. Dia bisa jadi adalah visualisasi nyata dari kalimat penyemangat yang sering kita dengar dari para motivator bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Baginya mungkin jarak 158 KM serasa sedepa. Entahlah! Saya hanya punya satu kata untuknya. Menjura!
 |
Slamet Riyanto dari Komunitas Genjot Pajak |
Keesokan hari tepat pukul 06.00 WIB dari sebuah kantor di bilangan Tebet, tepatnya KPP Pratama Jakarta Tebet. DJP Runners (komunitas pecinta olah raga lari) menginisiasi Fun Run 6 km yang dimulai dari sana dan berakhir di kompleks pajak Kalibata. Tidak kurang 50 orang pelari turut serta dalam acara tersebut.
 |
DJP Runners |
 |
Belasting Rijder |
Berturut kemudian Genjot Pajak (komunitas pecinta olah raga bersepeda) dan Belasting Rijder (komunitas motor) yang melakukan serangkaian konvoi merapat ke tempat yang sama.
 |
Sungai Deras Band |
Di lokasi sebagai pertanda dimulainya acara tepat pukul 07.30 WIB empat buah lagu mulai dari Everybody’s Changing milik Keane sampai Jingle Pajak persembahan dengan apik oleh Sungai Deras Band (band KPP Pratama Jakarta Kalideres).
Yang paling menakjubkan adalah sebanyak 23 komunitasmulai dari komunitas olah raga, sosial, hobby dan kolektor sampai seni dan musik hadir dalam acara jambore. Saya terperanjat – yang ini disebabkan terbatasnya lingkup pergaulan saya – tidak menyangka begitu banyak komunitas di DJP. Dengan segala keunikannya, beberapa bahkan telah menoreh prestasi dan membawa harum nama institusi (suatu hari nanti saya saya berharap ada yang menulis satu persatu tentang komunitas DJP).
 |
Karya Kodaku Chapter DJP |
Ada satu part yang hampir saja luput untuk saya ceritakanketika mampir ke salah satu booth milik TUC (Tax Underground Community). Saya berjumpa dengan beberapa anggotanya, salah satunya yang saya kenal adalah Didik Yandiawan. Didik bercerita bahwa TUC adalah komunitas para pemerhati, pengarsip, dan pegiat musik metal dan rock. Sesungguhnya saya tidak paham musik metal, jadi yang akan saya ceritakan jelas bukan soal itu.
Selama berada di booth TUC, Didik banyak bercerita dan saya mendengarkannya dengan seksama. Sambil menunjuk sebuah kaset dia bercerita,”Ini kaset Kompilasi Sewindu Dekadensi berisi 12 lagu. Rilis pada tahun 2016 dan hanya 50 keping. Seluruh hasil penjualan didonasikan ke World Wildlife Fund Indonesia untuk konservasi Harimau Sumatera.”
Sebelum saya meninggalkan booth, Didik bercerita lagi bahwa di acara jambore ini TUC juga melakukan penggalangan dana yang seluruh hasil donasinya akan disalurkan ke Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).
 |
Kaset Sewindu Dekadensi akarya TUC |
Mereka yang berpartisipasi adalah:
1. Taxic ( music enthusiast )
2. Belasting Rijder ( Sepeda Motor )
3. Drebels ( Honda Rebel Riders )
4. DJP Runners ( Lari )
5. DOF ( Fotographi )
6. Paguyuban Fiskus Indonesia
7. DJP Cantik
8. Genjot Pajak ( Sepeda )
9. TUC ( Musik )
10. Tax Army ( Sepak Bola )
11. Billiard Community
12. DJP Friendship Choir
13. Belasting Dragon ( Bola Basket )
14. Kodaku Chapter DJP ( Die Cast )
15. KompakDJP ( Panahan )
16. DJP Dronie ( Drone Camera )
17. DJP Kopiholic ( Kopi dan Barista )
18. DJP Rakom ( Radio Komunikasi )
19. Komunitas Sastra Kemenkeu
20. Tax Creative
21. Pion Pamungkas. ( Catur )
22. Tax Angler Community ( Memancing )
23. Tax Blood ( Donor Darah )
Knowing Your Employee
Jambore komunitas DJP mengusung tema Pajak Merajut Negeri dapat dikatakan menjadi penanda begitu terbuka lebar dan hangatnya peluk institusi bagi perkembangan mereka. Beragamnya komunitas di DJP juga memberi sinyal kuat bahwa sesungguhnya perbedaan bukan sesuatu yang mesti diperdebatkan. Jika dikelola dengan baik masing-masing dapat bersinar dan menjadi terang untuk semua.
Dalam sambutannya, Robert Pakpahan menyampaikan sebuah pesan yang menurut saya menjadi inti sari dari kegiatan ini yang sejalan dengan tema yang diusung,”Kita adalah satu, kita tetap inklusif, kita tetap toleran, kita tetap saling menghormati, kita tetap saling bahu membahu, walau berbeda suku, agama, dan komunitas.”
 |
Dirjen Pajak membuka acara |
Di sisi lain dengan memberi ruang yang sama bagi tumbuhnya beragam komunitas, sejatinya memberi bukti bahwa bukti budaya organisasi, knowing your employee, telah diimplementasikan dengan begitu indahnya.
Komunikasi begitu cair dan membaur. Inklusif seperti yang dibicarakan dalam sambutan Dirjen Pajak bukan omong kosong. Saya melihat bagaimana teman saya Latief dari komunitas Pion Pamungkas, beradu bidak di atas papan catur dengan Staf Ahli Menkeu, Suryo Utomo. “Ayo Kamu nggak boleh ngalah sama Pak Suryo,” Direktur P2Humas, Yoga Saksama yang saat itu menjadi salah satu penonton berseloroh. Yang diajak bicara hanya tersenyum. Saya turut serta menyemangati Latief. Kapan lagi bisa beradu strategi dengan Staf Ahli Menkeu apalagi bisa mengalahkannya, kan?
 |
Tarung Pion Pamungkas |
Saya mungkin satu dari sekian banyak teman-teman yang menjadi sentimentil selama acara berlangsung, ketika para petinggi DJP berbaur dan bernyanyi lagu Yamko Rambe Yamko dari Papua.
 |
Doddy Katamsi diiringi Taxic |
Senang rasanya melihat mereka begandengan tangan membentuk lingkaran dan berjoget bersama saat Doddy Katamsi menyanyikan lagu I Want To Break Free milik Queen.
Tidak cukup sampai di sana, rasanya pantas juga saya merasa terharu. Pernah suatu ketika dalam obrolan ringan seorang kawan berucap,”buat anak buah seperti saya ini tidak usah sampai diajak bicara akrab dengan atasan, saat di kantor lama Kepala Kantor saya sering keliling ruangan. Tepuk-tepuk bahu anak buah. Kami rasanya sudah senang bukan main.”
Ketika Dirjen Pajak menyambangi satu persatu booth. Berbincang sejenak dengan anggota komunitas. Memberi tepukan kecil di bahu mereka dan bersedia berada satu frame dengan mereka. Saya tidak bisa melupakan rona bahagia di wajah teman-teman saya.
Tetiba saya teringat pada teman saya itu, benar ucapkan tepukan kecil dan bincang ringan meski terlihat sepele adalah bentuk dukungan yang setulus-tulusnya. Secara keseluruhan, di hari ini saya melihat DJP dari sisi yang lain. Lebih humanis. Lebih ceria. Lebih bahagia
Terakhir saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah quote dari Ann M.Mulcahy, “Employees who believe that management is concerned about them as a whole person – not just an employee – are more productive, more satisfied, more fulfilled. Satisfied employees mean satisfied customers, which leads to profitability.”
01/09/2019
sumber tulisan: